Ayu Dwi
Rabu, 11 Maret 2020
Jumat, 19 Agustus 2016
LAPORAN PSG KEDUA MULTIMEDIA SMK PGRI 2 BADUNG
KEGIATAN PRAKTEK INDUSTRI DI
PT. Bali K.Nadha televisi
Alamat : Jln. Kebo Iwa Utara No. 63A Denpasar
Minggu
Pertama :
Hari pertama , minggu
pertama untuk kedua kalinya saya turun
pkl / magang di industri yaitu di PT.K.Nadha Pers Televisi Bali , saya sudah
terbiasa dengan situasi dan kondisi di
sana karena sudah 2 bulan saya lewati dengan baik saat magang di sana. Minggu
pertama pada bulan juli saya belum ada jadwal karena pada saat itu juga tidak
ada jadwal sama sekali.
Minggu
Kedua :
Pada minggu kedua hanya
3 hari saya tidak mendapat jadwal,untuk selanjutnya saya mendapat jadwal untuk ikut shoot musik "
satu jam " di Shankara Resto Sanur ,karena memakai alat lepas jadi saya
belum tau bagaimana dan dimana harus di pasang alat tersebut. dan di hari
keempat saya mendapat jadwal shoot Yowana di SMP 4 Denpasar, di sana saya ambil
gambar kegiatan di sekolah, dan kegiatan siswa berprestasi di SMP tersebut.
Dengan mengikuti shoot Yowana saya jadi lebih tau dan lebih mengerti bagaimana
komposisi gambar,bagaimana cara gambar agar tidak backlight,agar gambar tidak
terbakar atau cahaya masuk terlalu banyak,bagaimana cara mengambil gambar agar
ekspresi orang terlihat dengan jelas. dan di hari minggu saya mendapat jadwal
shoot Lila Cita di Klungkung berangkat pukul 18.00 Wita dan pulang pukul 24.00
Wita. di sana saya mengambil gambar master,di desa tersebut mereka menampilkan
sebuah tarian jangger,karena saya mengambil gambar master jadi saya hanya
menggunakan long angel agar semua penari kelihatan dan semua gerakan mereka
terlihat.
Minggu
Ketiga :
Pada
minggu ini selama 2 hari saya tidak
dapat jadwal, lalu di hari berikutnya saya mendapat jadwal shoot Pelangi Bali ,
shoot acara tv tersebut sama seperti biasanya hanya perlu memerhatikan
komposisi noseroom dan headroom pada orang yang sedang menggambar. dan hari
selanjutnya saya mendapat shoot Ista Dewata di Gianyar, pada shoot Ista Dewata
saya lebih banyak mendapat pelajaran karena di sana saya bisa mengambil gambar
bebas sesuai dengan seni sendiri, dan esoknya saya mendapat jadwal shoot musik
" satu jam " dengan menggunakan multicam dan cara pengambilan gambar
sama yaitu menyilang.
Minggu Keempat :
Di
minggu ini Saya hanya mendapat jadwal shoot Wirasa di Karangasem, karena ada
acara ke sekolah,dan juga karena baru pertama kali saya masih belum mengerti
cara pengambilan gambar Wirasa,tapi ternyata sama saja dengan pengambilan
gambar Ista namun di Wirasa lebih Di setting misalnya agar narasumber mau melakukan kegiatan sehari -
harinya. dan juga shoot Wirasa perlu memperhatikan komposisi gambar karena
kebanyakan objeknya adalah manusia. dan pada hari minggunya Saya mendapat
jadwal shoot lomba menggambar di Lapangan Lumintang ,pengambilannya sama
seperti Pelangi Bali , tapi karena saya di master jadi saya hanya mengambil
gambar guru menggambar dan sempat juga di suruh mengambil inser.
Minggu Kelima :
Pada
minggu kelima ini saya shoot Opening BBQ di Petak Kaja Gianyar, saya mengambil
gambar apa saja yang ada di Desa tersebut,potensi Desa,dan bagaimana suasana Desa,serta
juga kegiatan sebagian orang di Desa tersebut. Caranya juga sama dengan
pengambilan gambar Ista, memperhitungkan seni sendiri. Dan pada hari minggu
saya ikut shoot Sehat & Bugar di halaman Bali Tv sehubungan dengan ulang
tahun Bali Post, saya memegang kamera master dan fokus pada guru senam.
Minggu Keenam :
Di
minggu ini saya dapat jadwal shoot Yowana ke Negara tepatnya di SMA Negeri 1 NEGARA,
shooting yowana lebih ke wawancara karena shooting yowana tentang anak - anak
berprestasi,dan juga bagiaman kegiatannya di sekolah. Karena wawancara menggunakan
tripod agar gambar tetap stabil, dan juga menghindari hal buruk yang bisa
terjadi. dan juga dapat jadwal shoot Dharma Wacana di desa Datah Karangasem,
berhubung saya memegang insert jadi saya mengambil gambar pendengar dan
narasumber secara closeup agar ekspresi mereka terlihat jelas,dan juga gerakan
tangannya bila ada menunjukkan sesuatu.
Minggu Ketujuh :
Jumat, 29 April 2016
kegiatan praktek industri minggu pertama
KEGIATAN PRAKTEK INDUSTRI DI
PT. Bali K.Nadha televisi
Alamat : Jln. Kebo Iwa Utara No. 63A Denpasar
Praktek Minggu Pertama :
Di hari pertama saya PKL di Stasiun Swasta Bali Tv saya sangat gugup, saya masuk ke ruangan saya memperkenalkan diri dan mohon bantuan kepada pegawai di Bali Tv. Sambutan di hari pertama sangat menyenangkan. Saya mengikuti Shooting Samatra Artis Bali dan itu pertama kalinya saya diajari set kamera, juga fungsi alat - alat yang di perlukan saat shooting live.
Praktek Minggu Kedua :
Pada Minggu kedua Saya PKL saya tidak ada kegiatan, dan juga di karenakan saya sakit selama 4 hari.Praktek Minggu ketiga :
Di Minggu ini Saya ikut Shooting Pelangi Bali di Bali tv, disana pertama kalinya saya belajar mengambil gambar insert tanpa menggunakan tripod. Pengambilan gambar insert harus banyak, untuk satu objek harus berbeda - beda angle nya. kita harus ambil detail - detailnya dari objek, bagaimana ekspresi, apa yang sedang di kerjakan oleh objek tersebut. Di hari berikutnya saya ikut Shooting Yowana di salah satu SMK di Petang, disana saya belajar mengambil gambar suasana sekolah, suasana belajar, kegiatan siswa - siswi di sana. Saat itu di luar ruangan, memerlukan bagaimana pengaturan cahaya jika matahari mulai terik dan juga jika mulai meredup.
Praktek Minggu Keempat :
Di minggu keempat ini Saya ikut shooting Taman Sari, Taman Sari merupakan kegiatan anak - anak TK dan PAUD. Di sana Saya belajar mengambil gambar insert lagi tapi menggunakan tripod, masih sama seperti saat shooting Pelangi Bali, kita harus mencari bagaimana ekspresi anak - anak tersebut, pada pengambilan gambar ini perhatikan komposisi dan frame gambar, bagaimana headroom nya, ruang kosong nya jangan terlalu banyak tapi jangan sampai kepalanya tidak terlihat, agar gambar terlihat bagus dan padat. Di hari berikutnya Saya dan teman Saya di berikan tugas untuk take presenter untuk acara Yowana Magz, karena menggunakan tripod jadi tidak terlalu susah untuk pengambilan gambarnya, hanya perlu memperhatikan headroom dan noseroom nya, tentunya agar gambar terlihat padat perhatikan komposisi gambar.
Praktek Minggu Kelima :
Pelajaran yang saya dapat pada minggu kelima pengambilan gambar menggunakan multicam saat shooting program acara " Satu Jam ", dari sisi kanan kita mencari objek di sebelah kiri, jika dari sisi kiri kita mencari objek di sebelah kanan, dan jika posisi di tengah itu keseluruhan biasanya di sebut master. pengambilan gambar harus menyilang agar objek tidak memalingkan wajahnya dari kamera yang fokus kepada objek tersebut..
Praktek Minggu Keenam :
Di Minggu ini saya kembali ikut shooting program acara " Satu Jam " di Bali Tv, tapi bedanya saat itu saya memegang kamera Master. Pengambilan gambar di Master tidak hanya diam saja namun sesekali bisa saja di zoom in/out , ambil gambar group untuk membantu insert agar ada variasi.
Praktek Minggu Ketujuh :
Satu minggu sebelum berakhir PKL di Bali Tv, Saya ikut Shooting program Mahadewi di Kebun Raya Bedugul, disana Saya belajar mengambil gambar tanpa menggunakan tripod namun gambar tidak boleh goyang. Hari berikutnya Saya diajak Shooting Kreasi Kirana, itu juga merupakan kegiatan anak - anak, cara pengambilan gambarnya masih sama seperti pengambilan gambar saat shooting Taman Sari, objek bergerak harus follow objek tersebut agar tidak kehilangan momen.
Praktek Minggu Kedelapan :
Minggu terkahir Saya magang di PT. Bali K.Nadha Televisi, saya di ajak shoot program Sehat Bugar di Kintamani. untuk pengambilan gambar tidak terlalu berbeda, kita hanya perlu memperhatikan komposisi gambar, tentunya masih di seputaran head dan nose room, dan juga objek bergerak tentunya juga kita harus ikuti pergerakan dan peka atas pergerakan objek. agar lebih bervariasi bisa saja ambil dari bawah lalu till up atau dari atas lalu till down. Dan besoknya Saya ikut shooting Samatra Artis Bali live di Bali Tv, dan shooting ini juga multicam tentunya masih sama seperti sebelumnya namun saat shooting Live tidak boleh ada kesalahan saat pengambilan gambar, saat zoom in/out harus smooth jangan kasar. agar gambar tidak terlihat lari saat penayangan, cara pengambilan gambar juga masih menyilang. Dan berakhirlah sudah waktu magang Saya di PT. Bali K.Nadha Televisi.
gallery saat magang
Selasa, 10 Maret 2015
sejarah-sejarah fotografi
Pengertian dan Sejarah Fotografi
Fotografi atau dari bahasa Inggris: photography, berasal dari kata Yunani yaitu "photos": Cahaya, dan "Grafos": Melukis/menulis). Jadi fotografi adalah proses melukis dengan menggunakan media cahaya.
Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.
Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).
Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (exposure).
Sejarah fotografi
Kamera
mulai diperkenalkan ketika para pelukis menghadapi masalah untuk
merekam gambar (potrait) sekitar abad 17 dan 18. Justru itu mereka telah
mencipta kamera Obscura untuk kemudahan merekam gambar.
Akhirnya,
pada tahun 1824, seorang seniman lithography Perancis, Joseph-Nicephore
Niepce (1765-1833), setelah delapan jam meng-exposed pemandangan dari
jendela kamrnya, melalui proses yang disebutnya Heliogravure (proses
kerjanya mirip lithograph) di atas pelat logam yang dilapisi aspal,
berhasil melahirkan sebuah imaji yang agak kabur, berhasil pula
mempertahankan gambar secara
permanent.
Kemudian ia pun mencoba menggunakan kamera obscura berlensa, proses
yang disebut ”heliogravure” pada tahun 1826 inilah yang akhirnya menjadi
sejarah awal fotografi yang sebenarnya. Foto yang dihasilkan itu kini
disimpan di University of Texas di Austin, AS.
Merasa
kurang puas, tahun 1827 Niepce mendatangi desainer panggung opera yang
juga pelukis, Louis-Jacques Mande’ Daguerre (1787-1851) untuk
mengajaknya berkolaborasi. Dan jauh sebelum eksperimen Niepce dan
Daguerre berhasil, mereka pernah meramalkan bahwa: “fotografi akan
menjadi seni termuda yang dilahirkan zaman.”
Sayang,
sebelum menunjukkan hasil yang optimal, Niepce meninggal dunia. Baru
pada tanggal 19 Agustus 1839, Daguerre dinobatkan sebagai orang pertama
yang berhasil membuat foto yang sebenarnya: sebuah gambar permanen pada
lembaran plat tembaga perak yang dilapisi larutan iodin yang disinari
selama satu setengah jam cahaya langsung dengan pemanas mercuri (neon).
Proses ini disebut daguerreotype. Untuk membuat gambar permanen, pelat
dicuci larutan garam dapur dan asir suling.
Foto
pertama dibuat pada tahun 1826 selama 8 jam. Louis Jacques mande
Daquerre merupakan bapak fotografi dunia (1837). Kamera Obcura merupakan
kamera yang pertama kali yang dipakai untuk menggambar kemudian
memotret.
Tahun
1900 seorang Juru gambar telah mencipta kamera Mammoth. Kamera ini amat
besar ukurannya beratnya 1,400 pound. Lens seberat 500 pound. Sewaktu
mengubah atau memindahkannya tenaga manusia sebanyaki 15 orang
diperlukan! Kamera ini menggunakan film sebesar 4 ½ x 8 kaki dengan
bahan kimia sebanyak 10 gallons digunakan ketika memprosesnya.
Kamera
Kodak (Eastmant Kodak) pertama kali ditemukan oleh Snapshooter 1888 di
Amerika. Konstribusi fotografi ke dunia film pertama kali di pelopori
oleh Eadward Muybridge. Flash atau lampu kilat pertama kali ditemukan
oleh Harold E. Edgerton pada tahun 1938. Memotret benda-benda mati
disebut dengan still life. Penemu negative film John Hendri Fox Talbot
dari inggris. Negatif film tersebut di buat selama 40 detik dibawah
terik matahari.
Tahun 1950 mulai digunakan prisma untuk memudahkan pembidikan pada kamera Single Lens Reflex (SLR), dan pada
tahun yang sama Jepang mulai memasuki dunia fotografi
dengan
produksi kamera NIKON. Tahun 1972 mulai dipasarkan kamera Polaroid yang
ditemukan oleh Edwin Land. Kamera Polaroid mampu menghasilkan gambar
tanpa melalui proses pengembangan dan pencetakan film.
Kemajuan
teknologi turut memacu fotografi secara sangat cepat. Kalau dulu kamera
sebesar tenda hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam,
kini kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu membuat foto yang
sangat tajam dalam ukuran sebesar koran.
Cabang Fotografi
Berdasarkan Obyek fotografi nya, antara lain:
Fotografi bentang alam ( Nature / Landscape)
Dalam fotografi bentang alam obyek yang di foto adalah
biasanya merupakan bentang alam, yang memiliki keindahan tersendiri
atau digunakan untuk menjelaskan keadaan profil alam pada suatu daerah,
dalam dunia industri foto landscape juga digunakan untuk dokumentasi pembangunan profil area ( lansekap ) dan laporan penelitian, biasanya fotografer bentang alam memiliki kemampuan dan hobi traveling dan menjelajah alam
Fotografi Satwa dan flora
Fotografi ini
memiliki obyek khusus satwa dan flora, dan menurut saya merupakan
object yang sulit dan terkadang menantang bahaya anda bisa bayangkan
anda me motret komodo atau buaya dalam komunitasnya, fotografi satwa biasanya digunakan untuk menggali keindahan satwa dan flora dan juga mengklasifikasi satwa dan flora
Fotografi Dokumentasi
Fotografi ini untuk mendokumentasikan suatau event atau peristiwa, biasanya setidaknya pada jaman dahulu fotografi ini
tidak di tuntut dalam keindahan foto komposisi warna ataupun seni, tapi
hanaya untuk melengkapi dan lebih menjelaskan suatu berita acara, akan
tetapi dalam perkembangan fotografi modern fotografidokumentasi,
komposisi gambar dan sentuhan seni sudah menjadi tuntutan, dan
dikarenakan pada event modern time linenya pendek maka fotografer
dituntut untuk tidak ketinggalan moment moment penting dalam acara
tersebut
Fotografi Jurnalistik
Foto jurnalistik adalah foto yang
merekam suatu berita, dan menjelaskan suatu keadaan dan peristiwa yang
biasanya besar, kekuatan foto berasal dari kemapuan foto dalam
menjelaskan suatu peristiwa biasanya foto jenis ini digunakan sebagai
penunjang berita teks di mediai koran atau majalah.
Dancabang fotografi lainya yang belum di deskripsikan...
Fotografi Seni (Fine Art)
Fotografi Studio
Fotografi Udara (Aerial)
Fotografi Komersial
Fotografi Interior
Fotografi Fashion
Fotografi Studio
Fotografi Udara (Aerial)
Fotografi Komersial
Fotografi Interior
Fotografi Fashion
Istilah Fotografi
Dalam bahasa indonesia beberapa istilah fotografi membingungkan bila diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia. Oleh karena itu istilah yang sudah berlaku umum tetap dipertahankan
Fotografi Cahaya (light)
Faktor dasar terjadinya fotografi adalah cahaya, karena jika tidak ada cahaynya tidak mungkin foto bisa di buat
Fotografi Eksposur (exposure)
Eksposur exposure adalah istilah dalam fotografi yang mengacu kepada banyaknya cahaya yang jatuh ke medium (film atau sensor gambar) dalam proses pengambilan foto.
Untuk membantu fotografer mendapat setting paling tepat untuk exposure , digunakan lightmeter.
Lightmeter, yang biasanya sudah ada di dalam kamera, akan mengukur
intensitas cahaya yang masuk ke dalam kamera. Sehingga didapatexposure normal. lebih lanjut tentang exposure
Fotografi Rentang dinamis (Dynamic range)
Fotografi Rentang dinamis (Dynamic range) adalah rasio rentang luminasi cahaya yang dapat direkam sensor kamera dari seluruh rentang luminasi cahaya subyek. exposure pada tingkat iluminasi yang sama di atas di atas focal plane dapat menghasilkan foto dengan efek luminasi yang berbeda karena respon sensor kamera yang berbeda pada nilai ISO ratingnya. Efek luminasi itu juga disebut exposure , sebutan populer lain adalah imposure atau light value atau brightness value atau level of exposure atau exposure altitude atau exposure range yang menunjukkan tingkat visibilitas subyek fotografi. more about Dynamic Range
Fotografi Rana / Kecepatan (Suter Speed)
Rana atau penutup (Bahasa Inggris: shutter) dalam istilah fotografi adalah
tirai pada kamera yang menutupi permukaan atau sensor foto. Jika tirai
ini terbuka maka akan terjadi exposure pada permukaan film atau sensor
foto tadi.
Awalnya shutter dibuat
dari lempengan logam, namun kebanyakan kamera modern menggunakan
penutup yang dibuat dari kain untuk mengurangi berat kamera dan untuk
mendapatkan kecepatan rana yang lebih cepat. Penutup yang terbuat dari
kain memiliki kekuatan sekitar 50,000 hingga 200,000 kali proses
buka-tutup (melakukan exposure ). Kain penutup yang aus atau rusak bisa
dengan mudah diganti di pusat layanan purna jual merek kamera yang
bersangkutan.
Lamanya tirai ini terbuka ditentukan oleh setelan kecepatan rana pada kamera.
Fotografi Diafragma (Aperture)
Aperture dalam istilah fotografi adalah komponen dari lensa yang berfungsi mengatur intensitas cahaya yang masuk ke kamera.
Diafragma
lensa biasanya membentuk lubang mirip lingkaran atau segi tertentu. Ia
terbentuk dari sejumlah lembaran logam (umumnya 5, 7 atau 8 lembar) yang
dapat diatur untuk mengubah ukuran dari lubang bukaan (rana / shuter)
lensa dimana cahaya akan lewat. Bukaan akan mengembang dan menyempit
persis seperti pupil di mata manusia.
Fotografi ISO / ASA
Kecepatan film dalam istilah dalam fotografi adalah
untuk mengukur tingkat kesensitivitas atau kepekaan film foto terhadap
cahaya. Film dengan kepekaan rendah (memiliki angka ISO rendah)
membutuhkan sorotan (Inggris: exposure) yang lebih lama sehingga disebut slow film, sedangkan film dengan kepekaan tinggi (memiliki angka ISO tinggi) membutuhkan exposure yang singkat.
SEJARAH FOTOGRAFI INDONESIA
Sejarah
fotografi di Indonesia dimulai pada tahun 1857, pada saat 2 orang juru
foto Woodbury dan Page membuka sebuah studio foto di Harmonie, Batavia.
Masuknya fotografi ke Indonesia tepat 18 tahun setelah Daguerre
mengumumkan hasil penelitiannya yang kemudian disebut-sebut sebagai awal
perkembangan fotografi komersil. Studio fotopun semakin ramai di
Batavia. Dan kemudian banyak fotografer professional maupun amatir
mendokumentasikan hiruk pikuk dan keragaman etnis di Batavia.
Kamera Daguerre
Masuknya
fotografi di Indonesia adalah tahun awal dari lahirnya teknologi
fotografi, maka kamera yang adapun masih berat dan menggunakan teknologi
yang sederhana. Teknologi kamera pada masa itu hanya mampun merekam
gambar yang statis. Karena itu kebanyakan foto kota hasil karya Woodbury
dan Page terlihat sepi karena belum memungkinkan untuk merekam gambar
yang bergerak.
Terkadang
fotografer harus menggiring pedagang dan pembelinya ke dalam studio
untuk dapat merekam suasana hirup pikuk pusat perbelanjaan. Oleh sebab
itu telihat bahwa pedagang dan pembelinya beraktifitas membelakangi
sebuah layar. Ini karena teknologi kamera masih sederhana dan masih
riskan jika terlalu sering dibawa kemana-mana.
Pada
tahun 1900an, muncul penemuan kamera yang lebih sederhana dan mudah
untuk dibawa kemana-mana sehingga memungkinkan para fotografer untuk
melakukan pemotretan outdoor. Bisa dibilang ini adalah awal munculnya
kamera modern.Karena bentuknya yang lebih sederhana, kamera kemudian
tidak dimiliki oleh fotografer saja tetapi juga dimiliki oleh masyarakat
awam.
Banyak
karya-karya fotografer maupun masyarakat awam yang dibuat pada masa
awal perkembangan fotografi di Indonesia tersimpan di Museum Sejarah
Jakarta. Seperti namanya, museum ini hanya menghadirkan foto-foto kota
Jakarta pada jaman penjajahan Belanda saja. Karena memang perkembangan
teknologi fotografi belum masuk ke daerah. Salah satu foto yang
dipamerkan adalah suasana Pasar Pagi, Glodok, Jakarta pada tahun 1930an. Pada
awal dibangun, pasar ini hanya diisi oleh beberapa lapak pedagang saja.
Ini berbeda dengan kondisi sekarang dimana Glodok merupakan pusat
perbelanjaan terbesar di Jakarta.
Kassian Cephas (1844-1912): Yang Pertama, yang Terlupakan
Cephas
lahir pada 15 Januari 1845 dari pasangan Kartodrono dan Minah. Ada juga
yang mengatakan bahwa ia adalah anak angkat dari orang Belanda yang
bernama Frederik Bernard Fr. Schalk. Cephas banyak menghabiskan masa
kanak-kanaknya di rumah Christina Petronella Steven (siapa). Cephas
mulai belajar menjadi fotografer profesional pada tahun 1860-an. Ia
sempat magang pada Isidore van Kinsbergen, fotografer yang bekerja di
Jawa Tengah sekitar 1863-1875. Tapi berita kematian Cephas di tahun 1912
menyebutkan bahwa ia belajar fotografi kepada seseorang yang bernama
Simon Willem Camerik.
Kassian Cephas
Kassian
Cephas memang bukan tokoh nasional yang dulunya menenteng senjata atau
berdiplomasi menentang penjajahan bersama politikus pada zaman sebelum
dan sesudah kemerdekaan. Ia hanyalah seorang fotografer asal Yogyakarta
yang eksis di ujung abad ke-19, di mana dunia fotografi masih sangat
asing dan tak tersentuh oleh penduduk pribumi kala itu. Nama Kassian
Cephas mungkin baru disebut bila foto-foto tentang Sultan Hamengku
Buwono VII diangkat sebagai bahan perbincangan.Dulu, Cephas pernah
menjadi fotografer khusus Keraton pada masa kekuasaan Sultan Hamengku
Buwono VII. Karena kedekatannya dengan pihak Keraton, maka ia bisa
memotret momen-momen khusus yang hanya diadakan di Keraton pada waktu
itu. Hasil karya foto-fotonya itu ada yang dimuat di dalam buku karya
Isaac Groneman (seorang dokter yang banyak membuat buku-buku tentang
kebudayaan Jawa) dan buku karangan Gerrit Knaap (sejarawan Belanda yang
berjudul "Cephas, Yogyakarta: Photography in the Service of the Sultan".
Sultan Hamengku Buwono VII karya Kassian Cephas
Dari
foto-fotonya tersebut, bisa dibilang bahwa Cephas telah memotret banyak
hal tentang kehidupan di dalam Keraton, mulai dari foto Sultan Hamengku
Buwono VII dan keluarganya, bangunan-bangunan sekitar Keraton, upacara
Garebeg di alun-alun, iring-iringan benda untuk keperluan upacara,
tari-tarian, hingga pemandangan Kota Yogyakarta dan sekitarnya. Tidak
itu saja, bahkan Cephas juga diketahui banyak memotret candi dan
bangunan bersejarah lainnya, terutama yang ada di sekitar Yogyakarta. Berkaitan
dengan kegiatan Cephas memotret kalangan bangsawan Keraton, ada cerita
yang cukup menarik. Zaman dulu, dari sekian banyak penduduk Jawa waktu
itu, hanya segelintir saja rakyat yang bisa atau pernah melihat wajah
rajanya. Tapi, dengan foto-foto yang dibuat Cephas, maka wajah-wajah
raja dan bangsawan bisa dikenali rakyatnya.
Masa-Masa Keemasan Cephas
Cephas
pernah terlibat dalam proyek pemotretan untuk penelitian monumen kuno
peninggalan zaman Hindu-Jawa, yaitu kompleks Candi Loro Jonggrang di
Prambanan, yang dilakukan oleh Archeological Union di Yogyakarta pada
tahun 1889-1890. Saat bekerja, Cephas banyak dibantu oleh Sem, anak
laki-lakinya yang juga tertarik pada dunia fotografi. Cephas juga
membantu memotret untuk lembaga yang sama ketika dasar tersembunyi Candi
Borobudur mulai ditemukan. Ada sekitar 300 foto yang dibuat Cephas
dalam proyek penggalian itu. Pemerintah Belanda mengalokasikan dana
9.000 gulden untuk penelitian tersebut. Cephas dibayar 10 gulden per
lembar fotonya. Ia mengantongi 3.000 gulden (sepertiga dari seluruh uang
penelitian), jumlah yang sangat besar untuk ukuran waktu itu.
Beberapa foto seputar candi tersebut dijual Cephas. Alhasil, foto-foto buah karyanya itu menyebar dan terkenal. Ada yang digunakan sebagai suvenir atau oleh-oleh bagi para elite Belanda yang akan pergi ke luar kota atau ke Eropa. Album-album yang berisi foto-foto Sultan dan keluarganya juga kerap diberikan sebagai hadiah untuk pejabat pemerintahan seperti presiden. Hal itu tentunya membuat Cephas dikenal luas oleh masyarakat kelas tinggi, dan memberinya keleluasaan bergaul di lingkungan mereka. Karena kedekatan dengan lingkungan elite itulah sejak tahun 1888 Cephas memulai prosedur untuk mendapatkan status "equivalent to Europeans" (sama dengan orang Eropa) untuk dirinya sendiri dan anak laki-lakinya: Sem dan Fares.
Cephas
adalah salah satu dari segelintir pribumi yang waktu itu bisa menikmati
keistimewaan-keistimewaan dan penghargaan dari masyarakat elite Eropa
di Yogyakarta. Mungkin itu sebabnya karya-karya foto Cephas sarat dengan
suasana menyenangkan dan indah. Model-model cantik, tari-tarian,
upacara-upacara, arsitektur rumah tempo dulu, dan semua hal yang enak
dilihat selalu menjadi sasaran bidik kameranya. Bahkan, rumah dan toko
milik orang-orang Belanda, lengkap dengan tuan-tuan dan noni-noni
Belanda yang duduk-duduk di teras rumah, juga sering menjadi obyek
fotonya.
Sekitar
tahun 1863-1875, Cephas sempat magang di sebuah kantor milik Isidore
van Kinsbergen, fotografer yang bekerja di Jawa Tengah. Status sebagai
fotografer resmi baru ia sandang saat bekerja di Kesultanan Yogyakarta.
Sejak menjadi fotografer khusus Kesultanan itulah namanya mulai dikenal
hingga ke Eropa.
Terlindas Semangat Revolusi
Meski
demikian, dalam khazanah fotografi Indonesia, nama Kassian Cephas tidak
seharum nama Mendur bersaudara, yakni Frans Mendur dan Alex Mendur.
Mereka berdua adalah fotografer yang dianggap sangat berjasa bagi
perjalanan bangsa ini. Merekalah yang mengabadikan momen-momen penting
saat Soekarno membacakan proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Karya-karya
mereka lebih disorot masyarakat Indonesia karena dianggap kental dengan
suasana heroik yang memang pada masa itu sangat dibutuhkan.
Foto-foto
monumental karya Mendur Bersaudara, mulai dari foto Bung Tomo yang
sedang berpidato dengan semangat berapi-api di bawah payung, foto
Jenderal Sudirman yang tak lepas dari tandunya, foto sengitnya
pertempuran di Surabaya, hingga foto penyobekan bendera Belanda di Hotel
Savoy, menjadi alat perjuangan bangsa dan menjadi bukti sejarah
terbentuknya negara ini. Di awal-awal kemerdekaan dan revolusi, tentu
saja foto-foto Mendur Bersaudara tadi terus diproduksi oleh penguasa dan
pelaku sejarah untuk mengawal semangat bangsa ini. Foto-foto karya
mereka dicetak dalam buku-buku sejarah dan menjadi bacaan wajib siswa
sekolah, mulai dari tingkat dasar sampai tingkat doktoral.
Sementara
foto-foto Cephas yang penyebarannya sangat terbatas lebih cocok masuk
ke museum atau dikoleksi oleh orang-orang yang menjadi kliennya atau
para kolektor. Kandungan foto karya Cephas dinilai tidak mendukung
suasana pergolakan yang tengah berlangsung saat itu. Bahkan foto-fotonya
yang menonjolkan tentang keindahan Indonesia, potret raja-raja dan
“londo-londo”, serta para bangsawan dipandang sebagai “pro status quo”.
Makanya fotonya jarang dilirik.
Perbedaan
zamanlah yang membuat foto-foto karya Cephas dan Mendur Bersaudara
saling bertolak belakang. Kalau foto karya Mendur Bersaudara
memperlihatkan sosok Bung Karno yang hangat, flamboyan, dan penuh
semangat kerakyatan, justru foto buatan Cephas menampilkan sosok raja
yang dingin, sombong, dan sangat feodal. Bila foto-foto para pejuang
wanita yang juga anggota palang merah di kancah pertempuran disuguhkan
Mendur Bersaudara, justru foto-foto gadis cantik, manja, dan ayulah yang
ditawarkan Cephas. Maka wajar bila foto-foto Mendur Bersaudara dicari
dan dilirik orang, sedangkan foto-foto Cephas tenggelam dalam pelukan
para kolektor.
Kini
Kassian Cephas hanya tinggal kenangan. Foto-foto tentang dirinya pun
tersembunyi entah di mana. Hanya ada satu buah foto yang menjadi bukti
bahwa ia pernah ada, yakni foto dirinya setelah menerima bintang jasa
“Orange-Nassau” dari Ratu Wilhelmina pada tahun 1901
Langganan:
Postingan (Atom)